Desain Arsitektur Rumah Joglo
Arsitektur Rumah   – Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal dan melepas lelah   setelah seharian beraktivitas, namun terkadang rumah menjadi sebuah   symbol status bagi pemaliknya, hal tersebut tak hanya terjadi pada   masyarakat kini , bahkan pada zaman dahulu pun telah berlangsung seperti   itu. tak jarang banyak orang yg mendesain tempat tinggalnya senyaman   mungkin bahkan tak jarang yg menghabiskan banyak dana tuk membangun   arsitektur rumah yg sesuai dgn keinggian dari sang empunya.
Salah   satu arsitektur rumah yg bertahan dan menjadi sebuah symbol tersebut   adalah arsitektur rumah joglo. Tak sekedar indah dan megah arsitektur   rumah joglo pun menyimpan nilai sejarah dan sosiokultural dan dalam   perkembangannya arsitektur rumah joglo terbukti tahan agan gempa bumi   dan tentunya dalam skala tertentu.
Arisitektur   rumah Joglo merupakan hasil dari bangunan utama dari rumah adat Kudus   yg berarti soko guru berupa empat tiang utama dgn pengeret tumpang  songo  (tumpang sembilan) atau tumpang telu (tumpang tiga) di atasnya.   Arsitektur rumah joglo yg seperti itu, disamping tuk  penygga struktur   utama rumah, namun juga sebagai tumpuan atap rumah agar atap rumah bisa   berbentuk pencu.
Dalam   arsitektur bangunan rumah joglo, seni arsitektur tak hanya sebagai   pemahaman seni konstruksi rumah, juga merupakan refleksi nilai dan norma   masyarakat pendukungnya. Kecintaan manusia pada cita rasa keindahan,   bahkan sikap religiusitasnya terefleksikan dalam arsitektur rumah dgn   gaya ini.
Biasanya   Tuk membedakan status sosial pemilik rumah, kehadiran bentangan dan   tiang penygga dgn atap bersusun yg biasanya dibiarkan menyerupai warna   aslinya menjadi ciri khas dari kehadiran sebuah pendopo dalam rumah dgn   gaya ini.
Pada   perkembangannya, ternyata arsitektur rumah joglo dipercaya lebih tahan   gempa dibanding dgn rumah lainnya,  hal Itu dikarenakan arsitektur  rumah  joglo memiliki keterkaitan antarstruktur dan materialnya,  sambungan  antarkayu yg tidak kaku sehingga fleksibel dan mempunyai  toleransi  tinggi terhadap gempa.
Dalam   arsitektur rumah joglo mempunyai soko guru (tiang utama) 4 buah dan 12   buah soko pengarak. Ruang yg dihasilkan melalui keempat soko guru   dikenal dengan rong-rongan, yg menjadi struktur inti joglo. Soko-soko   guru yang direkatkan oleh balok-balok (blandar-pengeret dan sunduk-kili)   dan dihimpun-kakukan dengan susunan kayu yg berbentuk punden berundak   terbalik di tepi (tumpangsari) dan menjadi bentuk piramida di tengah   (brunjung).
Desain   kayu ini bersifat jepit dan menciptakan kekakuan sangat rigid.   Soko-soko pengarak di peri-peri dipandang sebagai pendukung struktur   inti. Faktor ketiga ialah sistem tumpuan dan sistem sambungan. Sistem   tumpuan dalam arsitektur rumah joglo menggunakan umpak yg bersifat   sendi. Hal ini tuk mengimbangi perilaku struktur atas yg bersifat jepit.
Sistem   sambungannya yg tidak memakai paku, tetapi memakai sistem lidah alur,   memungkinkan toleransi terhadap gaya-gaya yg bekerja pada batang-batang   kayu. Toleransi ini menimbulkan friksi sehingga bangunan dapat   akomodatif menerima gaya-gaya gempa.
Faktor   memilih dan menggunakan bahan bangunan dalam pembanguna rumah joglo   merupakan faktor keempat. Menggunakan  kayu tuk dinding (gebyok) dan   genteng tanah liat tuk atap disebabkan material ini bersifat ringan   sehingga relatif tidak terlalu membebani bangunan.
Sumber: deskonstruksi.wordpress.com
Info Terkait:
0 komentar :
Posting Komentar