6 Maret 2013

Ilmuwan Indonesia Lebih Betah di Luar Negeri

Maket - Miris sih sebenernya, tapi mau apa dikata, kurangnya perhatian dari pemerintah membuat mereka menentukan pilihan yang lebih nyaman buat mereka.
Fenomena ilmuwan Indonesia yang kerja di luar negeri tidak lepas dari kurangnya dukungan sistem pengembangan sains dan teknologi. Seandainya sistem tersebut terbangun, tentu para ilmuwan tersebut akan nyaman kerja dan melakukan penelitian di negeri sendiri.

http://us.images.detik.com/content/2011/09/12/10/majalahdalam.jpg
Dr Taufik, ilmuwan Indonesia pertama yang tampil sebagai cover di majalah yang beredar hingga luar AS itu.
Namun Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka mengaku tidak khawatir dengan fenomena itu. Dia menilai, Justru dengan banyaknya ilmuwan Indonesia di luar negeri akan berdampak positif. Apalagi, para ilmuwan tidak bisa dicegah atau bahkan dilarang kerja di luar negeri.
Akhmaloka menuturkan pengalamannya sendiri ketika baru lulus kuliah di Inggris jurusan genetic engineering pada 1990-an. Saat itu dia langsung ditawari kerja selama tiga tahun di Inggris. Tetapi setelah meminta pendapat kepada profesornya di ITB, Akhmaloka akhirnya menolak tawaran itu. Meskipun saat itu di Tanah Air Akhmaloka belum tentu bisa mempraktikkan ilmunya mengingat masih langkanya genetic engineering.
Dia bisa memahami alasan ilmuwan yang memilih melakukan penelitian untuk negara lain. Ada perasaan tidak berguna yang dialami ilmuwan muda yang baru lulus kuliah di luar negeri ketika tiba di Tanah Air. Mereka masih muda, bahkan mungkin sudah menyandang gelar doktor atau profesor, tetapi hasil pendidikannya selama ini tak mendapat tempat ataupun dihargai.
Doktor muda kan semangatnya tinggi, ada perasaan ilmunya tak berguna. Inilah yang kadang-kadang menyebabkan teman-teman kita itu ke luar negeri. Jadi saya tidak ingin mencegah mereka, tetapi tentu kita harus membangun sistem kita di dalam negeri sebaik mungkin, kata Akhmaloka kepada Okezone, belum lama ini.
Selain itu, penghargaan terhadap saintis di dalam negeri juga jauh lebih kecil ketimbang di luar negeri. Di dalam negeri, tambahnya, pernah muncul keprihatinan tentang nasib peneliti lembaga pengetahuan negeri tetapi tunjangan atau gajinya sangat kecil meskipun bergelar profesor.
Menurut Ketua Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013 itu, aspek lain yang tidak kalah penting adalah sarana dan prasarana penelitian, seperti laboratorium-laboratorium untuk berbagai jurusan teknik yang masih minim. “Seorang peneliti nanoteknologi tentu akan mati langkah ketika tidak ada laboratorium nanoteknologi,” tuturnya.
Maka dengan kondisi itu, ungkap Akhmaloka, para peneliti pun berpaling ke luar negeri. Sebab, di sana mereka bisa menyalurkan ilmu, menemukan laboratorium, termasuk kesejahteraan.(okezone/rfa)
Semoga jadi perhatian bagi pemerintah untuk mensupport para ilmuwan kita ini, jangan hanya memikirkan politik terus..hehe.
Info: Maket

Inilah Waterway untuk Atasi Kemacetan Jakarta

Maket - Ini mantap juga nih beritanya bro, waterway! Waterway ini merupakan Moda transportasi air untuk masyarakat terutama yang Marunda menuju Muara Baru. Waterway ini bisa jadi alternatif lain kepada masyarakat yang terhalau kemacetan di jalan darat.
Saat ini cuman ada dua buah kapal yang beroperasi. Menurut Jokowi, untuk Tarif angkutan air (waterway) diupayakan dibuat semurah mungkin. Dengan suntikan subsidi, ditargetkan tarifnya setara dengan tarif angkutan darat.
Selama masa percobaan, dua Kapal Motor Karapu siap mengantar warga tanpa memungut biaya. Kapal Motor Kerapu diperkuat dengan mesin 200 PK, dan sanggup melaju dengan kecepatan 25-30 knot. Setiap harinya, kapal ini akan melayani dua perjalanan pada pukul 07.00 WIB dari Marunda dan pukul 16.30 WIB dari Muara Baru.
Dengan kecepatan maksimal 30 knot, rute kapal sejauh 17 Km dapat ditempuh hanya selama 30 menit. Kapasitas kapal motor jenis kerapu ini masing-masing mampu menampung 24 orang penumpang. Dengan keberadaan kapal ini, akses warga Marunda ke arah Pluit menjadi lebih cepat dibandingkan jika memakai bus
Selain itu dengan adanya transportasi air ini juga bisa memudahkan masyarakat di Kepulauan Seribu untuk mendapatkan transportasi. Transportasi ini juga untuk menjaga kebersihan air laut dari sampah buangan masyarakat.
Berikut Foto-foto Waterway:

http://statik.tempo.co/?id=167466&width=620
http://statik.tempo.co/?id=167467&width=620
http://statik.tempo.co/?id=167468&width=620
http://statik.tempo.co/?id=167465&width=620
Semoga waterway bisa dikelola dengan baik dan jadi solusi atasi kemacetan di Jakarta.
Info: Maket

Mengenal Teknologi Garis Gawang

Maket - Teknologi bagus nih, meskipun masih ada pro dan kontra tentang alat ini. Tapi menurut saya sih bagus, biar lebih fair aja di dalam pertandingan itu. Tentunya kita masih ingat tuh, gol Lampard di Piala Dunia 2010 yang dianulir wasit, padahal dalam tayangan ulang jelas sekali bola dah masuk tuh dalam gawang.

http://sijanggut.blogdetik.com/2013/03/01/mengenal-3-aplikasi-teknologi-garis-gawang/
Federation Internationale de Football Association (FIFA) memberikan lisensi kepada ‘Cairos’, perusahaan Jerman, untuk ikut berkompetisi teknologi garis gawang bersama ‘Hawk-Eye’ dan ‘GoalRef’.
Nantinya, perusahaan yang memenangkan lisensi teknologi garis gawang akan diimplementasikan pada Piala Konfederasi 2013 dan Piala Dunia 2014 mendatang di Brasil.
Terdapat tiga teknologi garis gawang yang ditawarkan ke FIFA, dan masing-masing aplikasi memiliki keunggulan teknologi masing-masing.
Dilansir insidethegame, dalam sebuah pernyataannya, perusahaan Jerman tersebut memaparkan bahwa sistem Cairos GLT sudah memenuhi syarat dan standar.
Alat tersebut apabila nantinya diletakkan di gawang, akan menimbulkan gelombang magnetik melalui signal, yang selanjutnya akan direspon langsung oleh wasit.
Pada prinsipnya sistem ‘Cairo’ memiliki kemiripan dengan ‘GoalRef’ yang bergantung pada medan magnet untuk mengirimkan signal ke jam tangan wasit apabila bola melewati batas garis.
Teknologi yang berikutnya adalah ‘Haek-Eye’ yang menggunakan kamera dengan lensa beresolusi tinggi untuk menentukan apakah bola sepenuhnya melewati batas gawang.
Beredar kabar kemungkinan besar teknik ‘Hawk-Eye’ yang akan diimplementasikan pada World Cup 2014. Akan tetapi, pemenang dari kompetisi teknologi ini nantinya akan diumumkan pada bulan April 2013.
Teknologi Garis Gawang ini sudah di uji coba pada Laga pembuka Piala Dunia Antarklub antara Sanfrecce Hiroshima kontra Auckland City. Sistem GoalRef yang memakai unsur magnet ini sudah digunakan di Yokohama. Sementara, laga-laga di Toyota Stadium akan dilengkapi dengan sistem berbasis kamera Hawk-Eye.
Premier League berencana mewajibkan 20 klub yang berpartisipasi di kompetisi tersebut untuk memiliki teknologi garis gawang. Paling cepat, teknologi tersebut sudah dipakai di awal musim 2013/2014.
Dengan teknologi garis gawang ini kita bisa ucapakan Selamat tinggal gol “hantu”. :)
Info: Cetak Brosur